Naik Haji dari Negeri Orang: Keberangkatan dan buah dari kesabaran


Pesawat kami akan take off pukul 18.35 dan menurut biro perjalanan, tiga jam sebelumnya, yakni pukul 15:30, kami sudah harus berada di bandara. Hari itu hari jumat, kami memutuskan untuk berangkat lebih awal dari Aachen dan mencari masjid yang tidak jauh dari bandara Düsseldorf supaya uda bisa shalat jumat dulu. Akhirnya kami shalat di mesjid komunitas muslim maroko yang letaknya dekat dengan bandara Düsseldorf, sekitar 10 menit jaraknya dengan bandara.

Sesampainya di bandara, sudah banyak calon jamah haji dari biro perjalanan kami juga dari biro perjalanan lain. Berdasarkan informasi yang kami terima untuk program haji panjang (23 hari) dari biro perjalanan kami, dari sekitar 380 calon haji, sekitar 300 orang berangkat dari Düsseldorf. Namun yang orang Indonesia hanya kami berdua saja, sisanya kebanyakan orang turki. Setelah menerima beberapa dokumen penting dari pihak travel serta menikmati suguhan kurma yang mereka sediakan, kami mulai mengantri untuk check in. Di sinilah ujian pertama kesabaran kami dan jamaah calon haji lainnya dimulai. 

Entah kenapa proses check in dari maskapai Turkish Airlines sangat lambat kerjanya. Dan kadang2 ditengah jalan mereka meminta kami untuk perpindah dari satu loket ke loket yang lain. Mulailah para calon haji terpancing emosinya, apalagi ada beberapa oknum dengan seenaknya menyerobot. Perang kata sudah mulai terdengar dari beberapa antrian. Kami berdua terus berdoa jangan sampai kami terpancing untuk ikutan „berdiskusi“. Hingga pukul 19:00 kami masih belum juga terurus (mungkin karena terlalu sering mengalah), tapi pihak biro perjalanan menenangkan hati kami yang mulai galau dengan mengatakan, pesawat di booking khusus untuk jamaah haji, jadi tidak akan berangkat sebelum semua terangkut. Alhamdulillah setengah jam berikutnya kami selesai check in dan mulailah berlari-lari menuju gate keberangkatan. 

Ketika sampai di pesawat agak terkaget2 karena tempat duduk yang ditunjuk oleh pramugari lebih besar dari biasanya. Hanya karena sudah hampir waktu take off kami memutuskan untuk menerima saja. Setelah pesawat berada di udara, uda berusaha melihat kondisi penumpang lain, dan akhirnya sampailah pada kesimpulan kalau tempat duduk yang kami tempati adalah kelas bisnis. Alhamdulillah mungkin ini buah dari kesabaran ketika mengantri. 

Waktu itu, kami diantar oleh 2 orang kakak, 2 orang adik dan dua ponakan (semuanya ketemu gede hehehe) sampai bandara. Mereka dengan setia mendampingi kami hingga kami boarding, semoga Allah juga memberikan buah manis sebagai imbalan kesabaran mereka. aamiin.


Transit di Istanbul dan berihram


Sekitar pukul 22.30 waktu Istanbul kami tiba di Atatürk International Airport. Sesampainya disana kami segera diarahkan ke mushala untuk shalat dan berganti pakaian ihram bagi jamaah laki-laki. Sedangkan yang jemaah perempuan tidak diharuskan untuk berganti pakaian. Tapi karena pakaian musim gugur eropa sepertinya tidak cocok dengan cuaca di saudi arabia, neng akhirnya berinisiatif sendiri untuk mengganti pakaian, selain ingin juga memakai pakaian yg lebih bersih. 

Di mushala, kami bertemu dengan teman-teman jamaah haji Indonesia dari jerman yang merupakan teman satu grup dengan kami. Total untuk program panjang ini ada 12 calon jamaah haji Indonesia yang pergi haji dengan biro perjalanan ini. 

Memakai Ihram walaupun sudah latihan tetap terasa sulit, namun berkat ikat pinggang yang dikirimkan dari kakak, ihram yang uda pake tetap terpasang dengan kuat tanpa ada masalah melorot. Setelah berihram kami dibawa ke restoran yang terletak di lantai atas airport. Masih ada waktu kurang lebih 2 jam sebelum keberangkatan kami ke Jedah. Berbekal tiket pesawat kami bisa memesan burger king gratis. Namun karena terlalu bersemangat dan juga takut harus kebelakang pada pagi harinya kami memutuskan untuk tidak terlalu banyak makan. 

Melintasi miqot di atas pesawat

Sekitar pukul 02:30 kami semua sudah siap untuk boarding dan Alhamdulillah kali ini pesawat take off on time. Di pesawat tak lepas, dzikir, doa dan terutama setelah melewati miqot, talbiyah tak henti2 mengumandang di dalam pesawat. Miqot adalah batasan untuk berihram bagi orang yang akan umrah dan berhaji. Miqot makani (batasan tempat) untuk kami yang datang dari arah turki adalah Juhfah/Rabigh (sekitar 204 km dari Mekah). Namun kami lintasi miqot tersebut di atas udara. Beberapa orang dari pihak biro perjalanan mengingatkan kami untuk berniat umrah untuk yang haji tamattu sesaat sebelum melewati miqot. Tak ada shalat sunnat khusus dua rakaat sebelum ihram. Untuk yang perempuan, ada schwester Khadijjah, seorang sukarelawan yang mengingatkan kami untuk berniat, dia hampir menanyakan ke seluruh perempuan yang ada di pesawat utk berniat dan mengajak kami untuk terus bertalbiyah. Tak terasa air mata mulai mengucur ketika mencoba meresapi arti talbiyah itu... Ya Alloh kami penuhi panggilanMu... serasa tidak percaya namun sangat bersyukur, kami telah menjadi orang yang terpilih untuk memenuhi undangan tersebut. 

Setelah 3 jam perjalanan, kami akhirnya mendarat dengan selamat di Jeddah international airport. Satu hal yang juga menarik dalam perjalanan dari istanbul ke jedah. Tidak seperti dari Düsseldorf ke Istanbul, kali ini kami terpaksa duduk terpisah. Neng duduk di bagian tengah diapit oleh dua orang perempuan (seorang perempuan muda berasal dari Libya dan seorang wanita setengah baya asalnya lupa) dan uda duduk dibagian pinggir tapi tidak di dekat jendela. Pria yang duduk di samping uda adalah orang jerman keturunan arab, namanya Musa. Usianya mungkin sekitar 60 tahun. Orangnya ramah dan suka bercerita. Dia mengutarakan bahwa ini adalah perjalanan hajinya yang pertama dan dia begitu semangat bercerita apa yang ingin dia lakukan dan target-target yang ingin ia capai dalam haji ini. Sepertinya dia senang ada teman ngobrol.

Jeddah dan perjalanan menuju Mekah 

Sesampainya di jedah, tidak seperti yang kami bayangkan, bandara Jedah saat itu sangat sepi. Proses pemeriksaan visa dan dokumen dan juga pengambilan koper tidak susah dan bisa selesai dalam waktu relatif cepat. Termasuk proses menukar cek perjalanan kami dengan stiker yang di tempel di pasport, berlangsung cukup lancar. Cek perjalanan tersebut diberikan oleh pihak biro perjalanan ketika di dalam pesawat, entah kenapa tidak diberikan dalam bentuk uang, melainkan dalam bentuk stiker? Sekitar jam 07:30 kami sudah menunggu bus yang akan membawa kami ke mekah. Nah disini ujian kesabaran berikutnya dimulai.


Ruang tunggu bis untuk maktab kami


Dari pukul 07:30 kami baru diberangkatkan pukul 12.30 yang artinya 5 jam menunggu di tengah cuaca yang panas dan lembab, berbeda dengan cuaca di jerman. Belum lagi karena kurang tidur pas malamnya. Namun Alhamdulillah kami dan teman-teman masih berada dalam lindungan Allah SWT sehingga masih mampu bertahan. Seorang bapak tua mendekati kami sambil membagikan air minum gratis. Alhamdulillah serasa ada mata air muncul tiba2.


Para pekerja sedang menaikan koper2 di atas atap bis

Selama kami menunggu dalam bis, koper2 kami di taruh di atap bis. Terimakasih buat tetangga, yang sudah kasih pita merah, sehingga kami bisa dengan mudah mengenali koper kami. Kami disodori minuman air putih oleh supir bis dan petunjuk kesehatan yg sayangnya dlm bahasa perancis. Entah kenapa kok dikasih bahasa perancis padahal kami datang dari Jerman hehehe. Tp dr gambarnya  sedikit banyak kami bs mengerti apa yang dimaksud.


pemandangan sekitar kota, banyak gunung batu yang dikeruk untuk dijadikan bangunan


Kejutan selanjutnya adalah ketika mengetahui kondisi Bus yang kami tumpangi. Busnya sudah relatif tua, namun alhamdulillah ada ACnya. Hanya saja, kondisinya memang sudah tidak laik jalan. Menurut keterangan dari orang di biro perjalanan, bus2 ini disediakan oleh pemerintah Saudi untuk menservice jamaah haji. Keheranan kami berlanjut dengan kondisi bus selama perjalanan. Setiap supir akan mengganti perseneling, bus akan bergerak terkantuk2 disertai bau karet terbakar dan bunyi yang keras. Dengan kondisi ini teringat kata ayah, bahwa kondisi ini merupakan tanda2 koplingnya sudah tipis. kami terus berdoa agar bus bisa membawa kami dengan selamat hingga mekah. Sekitar jam 14.30 supir memutuskan untuk istirahat sebentar dan memberikan kesempatan bagi kami untuk shalat dzuhur di salah satu masjid yang ada di jalan antara jedah dan mekah. Ketika keluar bus, kaget rasanya dengan panas yang begitu menyengat. Memang suhu dan cuaca yang sangat berbeda dengan eropa (bahkan juga dengan Indonesia) merupakan keluhan utama dari jamaah haji yang baru menginjakkan kakinya di mekah.



Hadiah untuk menyambut jemaah haji dari kementrian haji kerajaan saudi arabia


Sesampainya di mekah, bus kami mampir ke pusat penerimaan calon haji. Disana kami menerima “hadiah” dari pemerintah Saudi berupa sebotol air zamzam dan sekantong kecil es jus jeruk. Karena belum makan siang dan takut tengorokkan sakit uda memutuskan tidak meminum es jus jeruk tadi kecuali si Neng yang bandel hehehe.. es jeruknya seger. Selanjutnya kami menuju pemberhentian berikut yaitu kantor maktab untuk menyerahkan paspor kami dan menggantinya dengan gelang pengenal. Berbeda dengan gelang yang dimiliki oleh jemaah haji indonesia yang berwarna biru, gelang kami berwarna merah dan ukurannya lebih lebar.


Hotel yang kami tempati


Akhirnya sekitar pukul 16:30 kami sampai di hotel. Setelah menurunkan barang dan masuk ke kamar, kami bersih2 diri dan siap2 untuk makan malam. Sesuai arahan ketua rombongan kami akan istirahat sebentar sebelum melaksanakan tawaf dan Sa’i pukul 9 malam.

bersambung...


Pemandangan kota mekah dari hotel, mesjid haram masih dikelilingi oleh tiang-tiang konstruksi



0 comments:

Post a Comment

 

Flickr Photostream

Created with flickr badge.

YOUTUBE