Kenangan 10 hari di Mekah


Rasulullah SAW bersabda yang artinya kurang lebih sebagai berikut “Shalat di masjidku, lebih utama seribu kali (dibandingkan) shalat di selainnya kecuali Masjidil haram. Dan shalat di Masjidil haram lebih utama seratus ribu (dibandingkan) shalat di selainnya.“

Berbekal hadis tersebut sangat jelas kenapa banyak jamaah haji yang merasa sayang untuk menghabiskan waktu di hotel. Begitu juga kami. Selama di Makah menjelang tanggal 8 Dzulhijah kami sebisa mungkin menghabiskan waktu di Masjidil haram. Di mulai dari sebelum dzuhur, kira2 jam 10-an kami berangkat ke masjidil haram. Walaupun jarak antara hotel dengan masjidil haram hanya sekitar 900 m namun kalau lebih dari jam 11:00 berangkat ke masjidil haram sudah dipastikan tidak akan mendapat tempat didalam masjid. 

Setelah sampai di masjidil haram dan menemukan shaf, kami memulai itikaf sambil menunggu azan dzuhur. Setelah shalat dzuhur, kali ini kami sudah mulai paham dengan kebiasaan di masjidil haram dimana hampir disetiap selesai shalat wajib akan ada shalat jenazah. Kali ini kami tidak bingung seperti saat pertama kali shalat di masjidil haram. Setelah shalat dzuhur biasanya kami keluar untuk mencari makan siang (karena pihak hotel kami tidak menyediakan makan siang). 

Siang hari di halaman mesjidil haram
Disekitar masjidil haram sudah tidak banyak toko dan tempat makanan karena proses renovasi ini. Hanya ada beberapa warung makan yang kebetulan letaknya lebih dekat ke hotel dibandingkan dengan masjidil haram. Akhirnya pilihan jatuh mencari makan di food court mall masjidil haram. Karena letaknya dekat dengan masjid jadi kami sebut mall-nya masjidil haram. Dengar-dengar gedung tertinggi  ini dimilik salah satu keluarga kerajaan. Memang hanya gedung mall ini dan gedung disekitarnya yang masih berdiri tegak di sekitar masjidil haram. Cerita tentang mall dan food courtnya akan di bahas di bagian lain.

Setelah makan siang, biasanya waktu sudah menunjukkan pukul 14.30 yang artinya 1 jam menjelang ashar. Kami bergegas kembali ke masjid untuk siap2 shalat ashar. Dan kami selalu berdiam di masjid hingga isya. Setelah isya kami akan pulang ke hotel untuk makan malam dan beristirahat dan kemudian pukul 2 pagi akan kembali ke masjid untuk bersiap2 shalat malam dan shalat subuh hingga waktu syuruk. Lalu kembali ke hotel untuk sarapan dan beristirahat hingga pukul 10 pagi. Rutinitas tersebut kami lakukan sebisa kami secara berulang hingga tanggal 7 dzulhijah.



Perang mulut antara Askar dan jamaah, ada tips mendapatkan tempat shalat berdekatan untuk suami isteri.

Alhamdulillah, suatu nikmat yang perlu disyukuri, kami hampir selalu mendapat tempat di dalam masjid. Awalnya kami juga selalu bisa duduk berdampingan. Memang di masjidil haram ada pengecualian dibandingkan dengan masjid-masjid lainnya. Disini tidak ada pemisahan yang jelas antara jamaah wanita dan pria. Pihak penertiban (Askar) memang sudah menyediakan tempat khusus untuk jamaah wanita dan pria, namun pada prakteknya sangat susah untuk bisa membuat kondisi ini berjalan seratus persen. Akibatnya ada saja jamaah pria yang menyempil di antara jamaah wanita. Selain itu, renovasi yang sedang dilakukan saat ini benar2 membuat kondisi masjid tambah tidak beraturan. Namun Alhamdulillah hal tersebut tidak menyurutkan semangat para jamaah untuk tetap berlomba-lomba shalat di masjidil haram.

halaman mesjid yang menghubungkan bagian mesjid  utama dengan bagian pelebaran mesjid. Masih dalam konstruksi


Si Neng ingin sekali shalat di shaf paling depan. Tentu saja hal ini tidak dimungkinkan. Walaupun tidak ada pembeda antara jamaah pria dan wanita tetap saja shaf terdepan hanya diperuntukkan jamaah pria. 

Mencari tempat shalat berdekatan untuk suami isteri di masjidil haram tidaklah mudah. Karena jamaah yang sangat banyak dan juga kendala bahasa membuat kejadian saling teriak antara jamaah dengan askar yang bertugas mengatur tempat shalat menjadi hal yang sering terlihat. Kendala bahasa disini, tidak banyak jemaah yang bisa bahasa arab dan sebaliknya pihak askar juga tidak mau menggunakan bahasa selain arab atau bahasa inggris misalnya. 

Pertama kali kami datang, kami duduk di sisi luar dari bagian wanita dengan lia duduk di bagian dalam (berdekatan dengan wanita lain) dan saya di bagian luarnya. Di depan kami ada wanita yang duduk sejajar dengan saya dan juga di depannya ada laki2 duduk sejajar dengan saya. Ketika kita sedang malakukan shalat sunah, tiba2 si Askar datang sambil berteriak2 dan menarik2 wanita yang duduk di depan saya. Wanita ini sepertinya dari turki tidak terima dan mulainya adu mulut antara mereka dengan menggunakan dua bahasa yang berbeda. Kalau kita perhatiikan dengan seksama, yang mau dikatakan oleh Askar adalah ybs tidak boleh duduk di sana karena diluar daerah untuk wanita. Tapi yang ditegur tidak terima dan berteriak2. Kondisi ini berlangsung hingga beberapa lama hingga akhirnya datang teman2 askar membantu dan menarik perempuan itu dan membawanya ke tempat lain. Sepertinya karena masalah bahasa tadi, sang wanita tidak paham dengan maksud askar tadi dan dia tetap bertahan di tempatnya, padahal sang askar hampir selalu menunjukkan tempat yang lain yang bisa di tempati. 



Beda lagi kalau yang menjadi „korban“ jamaah asal indonesia. Jamaah indonesia ini mayoritas orang2 yang lugu dan penurut. Ada juga sih yang sok cuek, tapi hampir semuanya dalam waktu singkat mengalah dan mencari tempat lain. 

Padahal kalau mereka tahu ada satu tip ampuh terutama kalau yang bersangkutan ada pasangan mahram. Kami hampir selalu menggunakan kondisi ini sebagai alasan kalau kami adalah suami isteri. Kalau tidak kami dibiarkan tetap duduk disana atau kami akan dibawa ketempat lain namun tanpa perlakuan yang kasar, Alhamdulillah. 

Tip yang lain bagi yang suami isteri, cari lah tempat yang khusus untuk wanita. Lalu isteri duduk di bagian terdalam dari bagian perempuan itu dan suami duduk dibagian luarnya dekat dengan jalan. Hampir dipastikan kondisi ini tidak pernah di permasalahkan oleh Askar. Hal ini disebabkan, posisi suami menutup posisi isteri sehingga memberi keamanan untuk sang isteri. Atau sebaliknya kalau terpaksa duduk di saf yang dipenuhi laki2. Harus ada dua pasang suami isteri/yang bermahram yang dilibatkan. Dalam kelompok laki2, para suami duduk mengapit kedua isteri yang duduk diantara suami2 mereka. Kondisi ini juga insya Allah diperbolehkan oleh askar. 

Yang menarik lagi, karena askar2 tersebut adalah manusia biasa (dalam hal ini askar wanita) dengan bertanya lemah lembut dan sopan mereka juga mau membantu kita dengan ramah juga. Ini sudah dibuktikan beberapa kali ketika kami mengadukan nasib kami yang kesulitan mendapatkan tempat kepada askar wanita, mereka dengan senang hati membawa kami ketempat2 yang masih kosong.


Salah satu bagian mesjid yang baru dibangun, masih dipoles sana sini, tapi terlihat ada jemaah yang sudah bisa shalat di situ.

Kantuk yang membatalkan wudhu dan tips berwudhu dalam mesjid

Salah satu pembatal wudhu adalah tidur pulas. Berdiam lama di masjid biasanya salah satu tantangan yang harus dihadapi adalah kantuk yang menyerang terutama antara waktu ashar ke maghrib. Kalau kita perhatikan banyak sekali jamaah yang tertidur atau bahkan tidur2an di lantai masjid dengan mendengkur. Sepertinya mereka tidak tahu kalau tidur yang seperti itu sudah jelas-jelas membatalkan wudhu, karena yang bersangkutan tidak tahu apakah selama tidur dia membuang angin atau tidak. Namun sayangnya karena ketidak tahuan mereka itu ketika mereka terbangun karena azhan berkumandang, mereka langsung menunaikan shalat qabliyah tanpa mengulang wudhunya. 




Mengulang wudhu yang batal di masjidil haram memang tidak mudah karena tempat2 wudhu berada diluar masjidil haram. Selain sangat ramai menjelang waktu2 shalat dan hampir di pastikan sekembalinya dari berwudhu tempat kita pasti akan hilang, sudah ditempati orang. Oleh karena itu ada tips yang bisa di praktekan, yakni dengan membawa botol air setiap ke mesjid. Botol tersebut bisa diisi ulang dengan air zam zam. Kita bisa berwudhu dengan mengunakan air yang minimal tersebut. 

Rasulullah SAW sudah pernah juga mencontohkan, bagaimana beliau bisa berwudlu sempurna hanya dengan segelas air. Caranya kita bisa menuangkan air sedikit demi sedikit ke tangan hingga semua bagian badan terbasahi dan di bawahnya di alasi handuk kecil atau pakaian kita atau bisa juga cari tempat sampah yang berplastik (tidak bocor) biar tidak membuat wilayah mesjid, yakni rumah Allah menjadi becek dan kotor karenanya. Yang pasti bertayamum dalam kondisi ini bukanlah jalan keluar karena kita masih bisa mendapatkan air. 

Banyak jamaah juga mengambil jalan pintas dengan berwudhu dari tempat air zamzam dengan membuat sekitarnya menjadi becek dan kotor. Ini sebetulnya sangat disayangkan. Tidak heran pegawai yang mengurusi zam-zam akan berteriak2 karena sebal dengan tingkah laku para jamaah ini. Padahal.. masyaAllah itu adalah rumah Allah yang dikotori, tempat ibadah kita.

Sedekah dan sedekah 

Bersedekah merupakan salah satu amalan yang sangat di anjurkan selama kita berada di tanah suci. Bentuknya bermacam-macam. Orang benar-benar berlomba-lomba untuk sodaqoh disana. Tidak jarang kita akan melihat orang menurunkan paket-paket untuk jemaah haji atau membawa berkeranjang apel/buah-buaha/minuman untuk dibagikan kepada jamaah di sana. Atau membagikan kurma kepada jamaah yang duduk disekitar saf. Sodaqoh bisa juga dengan melebihkan bayaran ketika membeli barang yang dijual oleh orang2 yang memang terlihat sangat membutuhkan. Atau yang kadang kala kita alpha, hal-hal kecil seperti memberikan jalan duluan untuk meminum air zamzam kepada seorang wanita atau orang tua juga bisa dikategorikan sedekah. 


Namun satu hal yang pernah diingatkan oleh teman berdasarkan cerita orang2 dan juga pengalaman pribadi. Sebisa mungkin berhati-hati jika ingin memberikan sedekah dalam bentuk uang tunai kepada sekelompok pengemis. Menurut cerita katanya mereka itu ada yang mengorganisir (wallahualam). 

Pernah suatu ketika kami didatangan ibu2 pengemis. Lalu kami berniat memberikan sumbangan pada satu ibu. Setelah itu tanpa kami sadari dalam waktu kurang dari 1 menit kami sudah dikerubuti oleh pengemis2 yang mayoritas ibu2. Dan mereka tidak melepas atau meninggalkan kami sampai mereka diberikan uang. Bahkan mereka sampai berani memegang dan meraba2 kita. Susah sekali pada saat itu untuk bertahan ikhlas, karena terasa bagai di paksa menyerahkan uang. Padahal ketika itu uang kecil yang kami bawa sudah tidak ada. Mudah2an Allah mengampunin kami ketika itu. 

Dari pengalaman tersebut, kami mengambil kesimpulan lebih baik ketika bersedakah dalam bentuk tunai kepada orang2 yang terlihat benar2 membutuhkan dan ketika kondisi tidak ramai. Lihat selalu kondisi sekitar kalau mau bersedekah uang pada seorang pengemis, jangan sampai menarik perhatian pengemis lainnya, kecuali kalau memang ingin bersedekah pada semua pengemis. 

Obrolan dengan sesama Jamaah 

Disela2 kegiatan rutin selama itikaf di masjidil haram, ada kesempatan bertegur sapa dengan sesama Jemaah haji dari beberapa Negara. Tentu saja karena jamaah indenesia merupakan jamaah terbesar maka mayoritas obrolan dengan jamaah haji asal Indonesia. Berikut petikkan beberapa obrolan yang sempat terekam dalam ingatan. 

Ketika sedang mengaji, terlihat seorang bapak2 tua sedang kebingungan mencari tempat duduk. Di dekatnya sudah banyak askar berteriak2 mengusir jamaah haji yang tidak tertib. Kebetulan disamping kanan masih ada sedikit tempat. Uda ajak bapak tersebut untuk duduk disana. Setelah menyelesaikan membaca Al-quran Uda memulai obrolan dengan bapak ini. Kalau tidak salah namanya pak sugiman. Dari nama sudah bisa ditebak beliau dari jawa. Namun rupanya beliau merantau ke lampung dan tinggal lama disana. Semestinya beliau berangkat haji dua tahun yang lalu, namun karena sakit beliau mengundurkan hajinya dan baru bisa berangkat tahun ini. Secara lahir terlihat bapak sugiman ini merupakan orang yang bersahaja. Dia pergi haji sendiri karena isterinya sudah meninggal. Entah kenapa obrolan tiba2 menyinggung hajar aswad. Uda bertanya apakah pak sugiman berhasil mencium hajar aswad. Tiba2 mukanya berseri2. Dan dia berkata, saya sudah berhasil, 2 kali mencium hajar aswad. Astaghfirulah, moga tidak ada kesan berbangga diri ketika pak sugiman berkata seperti itu. Lalu ketika uda tanya bagaimana caranya, mengalirlah ceritanya. Rupanya dia dibantu oleh orang yang merupakan bekas murid temannya. Tapi sebelum itu katanya, dia harus berjuang menerobos arus manusia yang begitu kerasnya hingga bisa mendekat ka’bah. Dan setelah itu dengan bantuan murid temannya itu dia bisa naik ke atas hajar aswad dan berdiam diri disana hingga 10 menitan. Dia berjongkok di atas hajar aswad. Terus terang susah membayangkan bagaimana posisi tersebut, tapi begitulah ceritanya. 

Sepertinya beliau sangat senang ketika ditanya tentang pengalamannya itu. Ketika berpisah setelah shalat, beliau kembali mengulang pengalaman serta tips untuk bisa mencium hajar aswad dan diakhiri dengan doa semoga kami juga berhasil mencium hajar aswad. Namun sepertinya Allah belum mengizinkannya, hingga hari terakhir kami di mekah kesempatan itu belum datang juga. 



Usaha kami mencium hajar aswad 

Pingin mencium hajar aswad, namun bukan karena beranggapan bahwa batu itu bertuah, melainkan insya Allah karena rasullullah melakukan hal itu. Ketika itu kami berangkat jam 2 pagi dari hotel dengan niat melakukan tawaf sunnah pengganti tahiyatul masjid. Mudah2an kalau dimungkinkan Allah mengizinkan kami untuk melakukan sunnah Rasul salah satunya mencium hajar aswad. 

Sesampainya di depan ka’bah harapan itu sepertinya bisa menjadi kenyataan karena suasana terlihat relative lebih sepi. Kami memulai tawaf dari lingkar paling luar dan perlahan namun pasti menyusur hingga ke dekat ka’bah. Setelah maqam ibrahim, dan mengelilingi hijr ismail, biasanya di daerah tersebut kosong. Di putaran ketiga Alhamdulillah kami sudah berada di lingkaran dalam, dekat dengan ka’bah.  Sambil terus berdoa dan tetap berpegangan kami terus berusaha mendekat. Alhamdulillah kami bisa mendekati rukun yamani. Kami rentangkan tangan kanan kami sedikit demi sedikit, jengkal demi jengkal, centi demi centi dan akhirnya tangan kami pun menyentuh ka'bah, mengusapnya hingga ke sudut/rukun yamani, alhamdulillah seperti yang rasulullah lakukan. Kami langsung memohon ampunan dosa dan membaca doa sapujagat. Kami tidak berdiam lama di ruyun yamani.

Setelah itu mulai ujian fisik kami rasakan, dorongan dari jamaah lain kami terima, apalagi dari segi ukuran badan kami terbilang kecil dibandingkan dengan jamaah lain. Selepas rukun yamani, Neng terlihat kehilangan keseimbangan dan hampir terjatuh. Kakinya masih tertinggal di dekat kabah tapi badannya sudah terdesak arus orang. Kemudian Uda secepatnya berusaha memegang Neng dan berusaha membuatnya tetap berdiri. Tiba-tiba ada seorang ibu yang menyambut Neng, seraya berkata "saya bantu bu". Neng langsung bilang terimakasih karena Neng pikir wanita itu sudah membantu mencegah neng dari jatuh. Kondisi saat itu sangat susah, pada saat bersamaan dorongan dari berbagai arah oleh jamaah lain juga datang. Namun Alhamdulillah yang terpenting Neng tidak jatuh. Wanita yang memanggil2 neng itu tetap berkata, "mari bu sini saya bantu" dan beliau bisa meraih tangan neng dan menarik neng mendekat hajar aswad. neng sudah berada dalam lingkaran kedua tangan 2 ibu tersebut. Namun si Neng masih belum tersadar dengan emosinya karena terharu bisa menyentuh rukun yamani, sepertinya si Neng sudah mau ikut ibu2 itu tanpa mengetahui maksud ‚dibantu‘ di sini. Namun Uda menarik tangan Neng dan mengajak menjauh. Saat itu dorongan jamaah lain semakin membesar karena kita sudah dekat dengan hajar aswad. Sang ibu masih berteriak2 memanggil Neng. Namun kami hiraukan dan kami perlahan2 keluar menuju lingkaran luar. Lalu kami berhenti sesaat untuk menarik nafas. 




Alhamdulillah Allah masih melindungi kami sebab kalau Neng sampai terjatuh hampir dipastikan akan terinjak2 oleh jamaah lain. Lalu kami perlahan2 melanjutkan tawaf di lingkaran luar kembali dan bisa selesai 1 jam sebelum shubuh. 

Sayang kesempatan mencium hajar aswad belum datang ketika itu, namun mudah2an Allah mencatat niat dan usaha kami tadi dan menjadikan sebagai bagian dari pahala selama ibadah haji kami. Kali ini kami tidak merasa berkecil hati yang mendalam karena belum mencium hajar aswad. Kami jadikan itu suatu motivasi untuk bisa kembali ke tanah suci lagi. amiin, insyaAllah.

Mencium hajar aswad ketika musim haji seperti ini terlihat lebih banyak mudharatnya, padahal hanya sunnah bukan sesuatu yang wajib dilakukan. Kami rasakan sekali sikutan orang-orang yang seperti entah kerasukan apa, ingin sekali mendekati hajar aswad dengan berbagai cara, tanpa melihat apakah dia mendzolimi orang atau tidak. Apa inti ibadah jika caranya seperti itu? ini mah bukan ibadah namanya. Padahal masih banyak sunnah lainnya yang bisa dikerjakan tanpa didzolimi maupun mendzolimi orang seperti itu. 

Tidak hanya di lingkaran tawaf terdalam tetapi di lingkaran luar pun, atau di tempat tawaf kursi roda, atau di lantai dua, lantai teratas dalam mesjid, pokoknya dibagian mesjid untuk tawaf yang sejajar dengan hajar aswad, pasti lebih ramai ketimbang bagian tawaf lainnya. Tak heran jika pihak mesjid akhirnya menghilangkan garis cokelat yang dulu ada dan menggantinya menjadi lampu neon hijau di sudut2 atas tempat yang sejajar dengan batu ini. Katanya banyak orang yang sering 'nongkrong' di garis cokelat itu.

Mengenai ibu2 misterius tadi, takutnya mereka adalah calo hadjar aswad. Ada beberapa orang disana, yang neng dengar suaranya, setidaknya ada 2 wanita dan pria yang berbicara dengan bahasa Indonesia. 

Beberapa hari kemudian salah seorang teman kami bercerita. Dia bertemu dengan seorang jamaah yang baru saja mendapatkan musibah. Beliau menjadi korban dari calo hadjar aswad tadi. Rupanya ada oknum-oknum yang merupakan bagian dari joki hajar aswad yang sering ditangkap oleh askar. Modusnya adalah dengan menawarkan bantuan bagi jamaah haji indonesia untuk mencium hajar aswad. Dalam prakteknya mereka akan membuka jalan bagi korbannya dan seringnya dengan kekerasan terhadap jamaah lain. Lalu setelah berhasil, mereka akan membawa korban ke luar dari tawaf dan disana meminta upah. Upahnya tidak kira2, katanya hingga ribuan saudi riyal. Korban yang tadinya menyangka bantuan itu adalah sukarela terpaksa membayar. Dan yang lebih parahnya kalau tidak mau membayar korban akan di preteli barang2nya oleh komplotan ini. (Wallahualam, ini hanya kami dengar dari mulut ke mulut). Kalau pun benar, sungguh di tanah haram ini, tetap ada orang2 yang berperilaku buruk seperti ini. Mungkin Allah membiarkan mereka semata2 hanya untuk menguji kita. Semoga Allah memberi hidayah agar mereka kembali kejalan yang benar.

bersambung....

halaman mesjid dengan pemandangan tower clock, yang lebih sering kami sebut gedung jam gadang :) di dalamnya terdapat hotel, mall, food court, etc bagian teratas katanya merupakan pusat penelitian astronomi. Jika malam hari di bagian atas gedung ini memancarkan sinar warna warni yang menari2 indah, diselingi oleh kerlap kerlip lampu.


0 comments:

Post a Comment

 

Flickr Photostream

Created with flickr badge.

YOUTUBE