Manasik Haji 1: Mina-Arafah


Lanjutan dari cerita sebelumnya


Persiapan ke Mina 

Hari Jum’at, tgl 12 Oktober kami sudah bersiap2 untuk berangkat ke Mina menjelang tgl 8 Dzulhijah. Pihak Biro sudah memberitahukan kepada kami agar bersiap2 sejak tengah malam sabtu. Kami juga mulai mempersiapkan barang yang akan dibawa. Teman-teman banyak juga yang berbelanja barang2 yang diperlukan untuk ke mina, berupa alas tidur, makanan, tas ransel, etc. Untung kami berdua masing2 dari Jerman membawa tas ransel yang cukup membawa barang untuk 5 hari kedepan. Sekedar berbagi berikut barang2 yang kami bawa:

1. Ihram pengganti kalau terkena najis 
2. Baju ganti biasa untuk tgl 10-12 Dzulhijah, kami pilih baju yang kami anggap paling bagus 
3. Peralatan mandi 
4. Sleeping bag, kalau mau bisa bawa juga alas tidur, bantal mini (peralatan tidur) 
5. Makanan ringan, instant, dan lauk ringan 
6. Obat-obatan
7. Sajadah, al quran, buku dzikir, buku doa titipan teman.

Karena kami rencananya akan mengambil nafar awal, jadi bawaan kami hanya untuk tgl 12 Dzulhijah. Ihram bagi yang laki2 sudah dipakai dari hotel. Menurut beberapa ulama, niat sebaiknya di lakukan dari hotel karena rasulullah berangkat ke Mina tgl 8 Dzulhijah di pagi harinya. Hanya karena kasus kami agak khusus yang berkaitan dengan teknis maka kami berangkat tengah malam dan memutuskan berniat keesokkan harinya pada tgl 8 di Mina. 

Perlu juga diperhatikan untuk sunah2 berihram yang kita lakukan pada saat umrah terdahulu tidak bisa semuanya dilakukan pada kesempatan kali ini. Hal ini dikarenakan kita terhalang oleh larangan 10 hari pertama dzulhijah bagi orang yang berkurban, yaitu tidak boleh memotong anggota tubuh (maksudnya rambut2, kuku) hingga tanggal 10 dzulhijah. 

Kami berangkat dari hotel jam 3.30 dini hari, untuk menghindari lalu lintas yang padat.  Menjelang shubuh kami tiba di Mina. Alhamdulillah tenda kami berada dipinggir dekat jalan sehingga memudahkan bagi kami untuk menemukan tenda seandainya kami keluar. Tentang tenda sebetulnya ada cerita tambahan. Di waktu Dhuha teman2 berkumpul di dalam tenda. Beberapa teman yang setelah subuh keluar tenda untuk memantau situasi mengatakan bahwa tenda kami terletak tidak di Mina melainkan Muzdalifah. Sempat terjadi kegalauan disana, karena lokasi tenda tersebut. Namun karena hal ini merupakan hal resmi dari pemerintah saudi, ustad Asathin mengatakan tidak mengapa, dan istilah tempat kami itu adalah pepanjangan Mina. Semoga hal tersebut benar, wallahualam bissawab. 



Bermalam di Mina
Daftar kegiatan di tanggal 8 Dzulhijjah hari tarwiyah:
  • Mandi, bersih2, memakai baju ihram 
  • Berihram kembali dari hotel sebaiknya sebelum dzuhur. (namun kami berniat di Mina setelah dhuha) 
  • berniat: labbaika hajjan atau labbaika allahumma hajjan “Ya Allah kami datang memenuhi panggilan- Mu.“ 
  • Bertalbiyah : Labbaika allahumma labbaik. Labbaika la syarika laka labbaik innalhamda wanni'mata laka wal mulka la syarika lak
  • Menuju Mina sebelum dzuhur sambil memperbanyak talbiyah 
  • Selama di Mina shalat dzuhur, ashar, maghrib, isya, shubuh pada waktunya dan menqashar shalat yang 4 rakat menjadi 2 rakaat. Tapi tidak dijamak.
  • Dianjurkan menginap disini karena malam hari arafah (sunnah).  
  • Perbanyak tilawah, doa dan mendengar ceramah

Di Mina, karena jamaah Haji hanya tinggal sekitar 5 hari, maka akomodasi disana hanya berbentuk tenda sederhana. Tenda-tenda tersebut memiliki beberapa ukuran, tapi rata2 seukuran 50 m2. Di tenda kami ada AC yang lebih mirip kipas angin raksasa, ada karpet sebagai alas yang terlihat tidak terlalu bersih dan juga galon air yang diisi dari keran pemadam kebakaran. Di sekitar tenda ada toilet dan juga tempat wudhu. Jumlah toilete 10 untuk masing2 jamaah pria dan wanita. Setiap kamar toilte tersebut jgua berfungsi untuk tempat mandi. Alhamdulillah tenda kami terletak dekat dengan toilete, dengan pintu keluar (jalanan) dan tempat air minum dingin yang ada dipinggir jalan. Banyak yang bilang bahwa di Mina karena bentuk tendanya mirip, sering ditemukan jamaah tersasar. Alhamdulillah bagi jamaah kami hal itu tidak terjadi. 

Ketika pertama kali datang, kami langsung memilih pos masing2 (istilah kami maktab). Alhamdulillah uda dapat posisi dibawah AC jadi tidak terkena angin AC langsung. Tidak begitu halnya dengan Neng, awalnya karena telat masuk dan kondisi lagi lemah karena sakit, Neng tidak begitu cekatan, makanya dapat tempat persis di depan AC. Untung ada teman Neng yang berbaik hati mau mengeser 'maktab'nya sehingga Neng bisa pindah. Tempat Neng akhirnya di pinggir dekat pintu masuk dan angin AC tidak terlalu menerpa langsung. 

Ayah dan Ibu pernah cerita, kalau Mina itu seperti kuali karena di kelilingi gunung. Dan memang seperti itulah kondisinya dan situasi ini membuat suhu udara di Mina sangat panas terutama di siang hari. Disaat itulah AC dalam tenda baru terasa menolong. Minimal di dalam tenda tetap terasa lebih adem daripada luar tenda. 

Untuk ke toilete juga mesti pandai mengatur jadwal. Kalau untuk urusan yang besar2, sebaiknya dilakukan di sepertiga malam terakhir (hikmahnya bisa langsung shalat malam abis itu, dan ini yang sekarang masih terbawa menjadi kebiasaan, selalu kebelakang di pertengahan malam terakhir terutama pas lagi shalat malam). Soalnya kalau mendekati waktu shalat (terutama shubuh) dan di siang hari bisa dipastikan stress. Stress karena mengantri dan stress karena di paksa mempercepat ketika baru saja mulai. Hingga untuk urusan kebelakang ini memang menjadi salah satu tantangan dan ujian kesabaran. Tapi bagi kami, ada juga pertolongan Allah disini. Kami tinggal di perkampungan eropa. Muslim di eropa di dominasi oleh turki. Jamaah Turki ini, mungkin seperti jamaah Indonesia, karena takut berdesak2an mereka memilih tidak bermabit di Mina setelah Arafah. Melainkan tinggal di Makah dan untuk melontar jamaroh mereka pulang pergi dari hotel di Makah. Effeknya, kami merasakan stress di toilete hanya hari pertama saja, hari2 berikutnya perkampungan kami relatif sepi karena tenda2 ditinggalkan kosong oleh penunggunya. Meski ada juga oknum dari maktab lain kadang terlihat tergoda untuk ngantri di toilete kami. 

Untuk makanan kami tidak mendapatkannya dari biro perjalanan. Tentu saja kami sudah membekali diri dengan makanan cepat saji seperti indomie, abon dll. Namun kami beruntung di kelompok kami terdapat jamaah yang masih muda dan suka makan. Jadi mereka selalu kreatif mencari toko yang menjual makan. Kamipun bisa menikmati berbagaí jenis makanan, baik berupa nasi briyani (nasi arab kuning pake kambing), ayam kfc ala arab, roti, buah2an dan lain-lain. Jadi hingga hari ke-5 kami di Mina, alhamdullilah tidak ada masalah yang berarti dengan makanan.

Si lucu hidaya, yang sering menjadi penghibur hati para jemaah. Berkat rahmat Allah anak yang hampir berumur dua tahun ini menjadi hajjah termudah di group kami. Selama perjalanan tak terlihat anak keturunan pasangan arab ini rewel, malah selalu ceria dan selalu mengajak bermain siapa saja yang dia sukai. Ini foto ketika dia berkunjung ke tenda muslimah indo. Dia langsung senang diajak Neng foto-foto.



Waktu berharga di Arafah 





Daftar kegiatan di tanggal 9 Dzulhijjah hari Arafah:

  • Selesai shalat shubuh menunggu hingga terbit matahari kemudian pergi dari Mina ke Arafah. 
  • Sunnahnya sebelum dzuhur sudah sampai di Arafah. Perbanyak talbiah. 
  • Mendengarkan khutbah arafah sebelum dzuhur. 
  • Kemudian shalat dzuhur dan ashar dikerjakan dengan jamak qashar di lakukan di waktu dzuhur. 
  • Stlh masuk arafah dari masjid namirah, Rasul menuju kaki gunung Arafah sambil berdiri mengangkat tangan dan berdoa menghadap kiblat. Menjadikan jabal rahmah diantaranya. (tapi kami lebih khusyuk berdoa di tenda, dipastikan akan terlalu banyak orang di kaki jabal rahmah).
  • Disunahkan juga disamping memperbanyak doa, beristigfar, bertasbih, tahlil dan tahmid juga membaca ayat al-Qur'an. 
  •  Doa rasul: Lailaha illallah wahdahu laa syarikalah lahulmulku walahulhamdu wahua ‘alakulli syaiin qadir. Di baca sebanyak2nya ketika wuquf di arafah. 
  • wukuf sampai matahari terbenam. 
  • Kemudian menuju Muzdalifah dengan tenang. Berwudhu ringan kalau batal. 

Tanggal 9 pagi setelah subuh kami sudah bersiap untuk berangkat ke Arafah. Bus kami sudah tiba sekitar pukul 5:30 dan tepat pukul 06:00 kami berangkat ke Arafah. Sepanjang perjalanan kami melihat banyak jamaah yang berjalan kaki ke arafah. Sungguh kegiatan fisik yang luar biasa. Pernah keesokkan harinya kami kedatangan tamu, sesama jamaah indonesia yang berangkat via biro perjalanan lain di jerman, yang bercerita kalau itu yang mereka lakukan dengan dalih benar2 mencontoh rasul. Wallahualam. Mereka tempuh perjalanan dari mina ke Arafah, dari arafah ke muzdalifah kemudian menuju Jamaroh di Mina hingga melakukan tawaf dan sai ke mekkah dengan berjalan kaki. Subhanalloh.



Tenda di arafah yang masih kosong
Pukul 6.30 kami sudah tiba di Arafah. Perjalanan ke Arafah sangat lancar. Arafah masih sepi, tenda kami pun juga masih kosong. Berbeda dengan tenda di Mina, tenda di Arafah kondisinya lebih darurat karena memang dipergunakan untuk satu hari saja. Jangankan AC kipas angin saja tidak ada dan model tendanya terbuka di kiri kanannya. Baru ditutup ketika menjelang tengah hari. Sedangkan tenda perempuan ditutup pinggirannya. Kali ini kami tidak mendapat tenda sendiri melainkan digabung dengan jamaah Arab dan keturunan arab yang berangkat dari Jerman. Kami mendapat sedikit pengantar dari Ustad Asathin dan kemudian dibebaskan melakukan kegiatan sendiri2.

Jalan menuju tenda kami di atas ada balon pengenal utk travel group kami, supaya jemaah yang tersesat bisa kembali ke tenda dengan mudah


Kami tiba masih pagi, udara masih terasa bersahabat. Sebagian dari kami, yang merasa kurang tidur memanfaatkan waktu pagi untuk beristirahat mengumpulkan energy. Sebagian sudah langsung tancap gas dengan membaca Al-quran, berdoa dan berzikir. Sebagian ada juga yang keluar tenda untuk mengsurvey kondisi sekitar. Namun terlihat ada yang nekat ingin ke jabal rahmah karena mendengar kalau berdoa disana untuk diri sendiri, atau orang lain terutama untuk urusan jodoh bakal di kabulkan. Untuk yang terakhir ini kami bisa menyakinkan untuk tidak melakukannya, selain karena tidak ada dasarnya, mengarah ke perbuatan syirik dan bidah dan juga sangat beresiko karena lokasi tenda kami dan jabal rahmah cukup jauh.

wukuf di dalam tenda

Pukul 11:30, manasik haji di Arafat dimulai dengan mendengarkan khutbah. Dalam kesempatan ini khutbah dibawakan dalam empat bahasa, arab, arab maroko (barbar), jerman dan indonesia. Bagi kami, khutbah dalam bahasa jerman terasa sangat menyentuh dan berbekas dibandingkan dengan khutbah yang lain, walaupun dari segi isi sama. Khutbah arafah dalam bahasa jerman berisi beberapa hal: 

  1. Menyampaikan bahwa islam itu sudah sempurna berdasarkan wahyu terakhir yang disampaikan rasul pada haji wada. Sang penceramah menyampaikan dengan begitu baiknya, sehingga selain memang isi khutbah sudah bagus ditambah cara penyampaian, membuat jamaah menangis. 
  2. Konsukuensi dari wahyu terakhir tadi, sang penceramah membuat kuduk jamaah berdiri dengan mengingatkan barang siapa yang membuat hal2 yang baru dalam agama bakal ditolak dan masuk neraka. Entah kenapa, mungkin karena kondisi, ancaman tersebut membuat kami seakan2 melihat neraka. 
  3. Sang penceramah memotivasi kami untuk berdoa dengan sungguh dengan menyampaikan hadist qudsi yang mengatakan, pada hari arafah Allah turun ke langit dunia dan membanggakan umatnya yang berada di arafah kepada malaikat. Allah membanggakan kami sebagai tamu2nya kepada malaikat. Padahal kami tidak ada bandingannya dengan para malaikat yang sangat taat pada Allah. Tapi kami dibanggakan, betapa pemurahnya Allah. Dan itu hanya terjadi sekali dalam setahun dalam waktu setengah hari dan hanya diberikan kepada tamu2nya, yakni yang sedang berhaji. Dan Allah menjanjikan akan mengabulkan doa2 yang berada di padang arafat saat itu. Kesempatan yang mungkin tidak akan pernah terulang selama hidup. Motivasi yang sangat luar biasa. 
  4. Terakhir, janji Allah bahwa Arafah adalah waktu pembakar dosa. Setelah arafat buku catatan hidup kami akan menjadi putih dan baru kembali. Semua dosa2 dihapuskan dan kita yang berada di Arafah bagai bayi yang baru dilahirkan oleh ibu kita. Itulah hadiah dari Allah bagi orang2 yang wukuf di arafah. 

kondisi di mesjid namirah, arafah, sumber foto izaachen

Sang penceramah sangat pandai menguntai kata2 sehingga semua jamaah paham dan menyerapi benar apa yang disampaikan olehnya. Tangis haru, dan takut tak henti2 keluar selama khutbah diberikan. Setelah khutbah, kami shalat dzuhur dan Ashar di Qashar dan di Jama‘ (supaya setelahny akami bisa khusuk dan bisa memperbanyak doa, dzikir kepada Allah hingga matahari terbenam). 6 jam bukan waktu yang lama terutama karena waktu yang sangat spesial. Para jamaah berdoa sambil berdiri atau duduk. Baik di dalam maupun luar tenda, semua memanfaatkan waktu yang sangat sempit itu. Semoga Allah mengabulkan doa2 yang disampaikan oleh kami dan seluruh jamaah di arafah tersebut. amin ya Rabb.

Kain penutup tenda yang warna warni

Pihak travel juga sangat mendukung keinginan kami untuk bisa berdoa dan berdzikir sebanyak mungkin di waktu yang sempit ini. Khusus di hari ini mereka menyediakan makan siang serta minuman-minuman segar termasuk salah satunya susu. Meski sunnah untuk meminum susu ketika itu tapi kami masih khawatir dengan kondisi perut yang kadang suka terlalu lancar klo bertemu susu. Hingga akhirnya banyak susu dan yougurt yang numpuk di tenda muslimah.

Sister Khadidjah seorang sukarelawati tak henti-hentinya mengingatkan kami untuk banyak berdoa. "Apakah kalian tahu doa “Laa ilaha illallah wahdahu la syarikalah, lahulmulku wa lahulhamdu wahuwa ‘ala kulli sya-in qadir.” (Tiada Tuhan yang disembah selain Allah, Maha Esa lagi tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nyalah segala kekuasaan, dan bagiNyalah segala Pujian, dan Dia atas segala sesuatu Maha Kuasa)? Allah menyukai doa itu sahutnya" lalu kami pun langsung memperbanyak bacaan itu selain doa dan bacaan Qur'an. Menjelang maghrib, para Muslimah diajak untuk keluar oleh sister khadijah ini, karena katanya bagus pemandangan dan udaranya, kalian bisa sambil berdiri dan berdoa diluar. Kami pun menuruti beliau dan berdoalah di belakang tenda, sambil berdiri mengangkat kedua tangan menghadap kiblat. Berdoa se khusyuk2nya, sampai tak terasa air mata mengucur deras... Sebentar lagi maghrib dan sebentar lagi waktu berharga itu usai.. rasanya masih tak rela meninggalkan Arafah.

Berdoa hingga detik-detik sebelum maghrib


Ada pengalaman yang tidak biasa terjadi di akhir wukuf di arafah. Ketika mendekati maghrib, tiba2 kami di kejutkan oleh pemberitahuan dari salah satu pimpinan rombongan yang menyampaikan ada salah seorang jamaah wanita jatuh sakit dan mohon kami para jamaah mendoakan beliau di saat2 akhir wukuf ini. Di saat kami mendoakan beliau terdengar teriakan dan kegaduhan dari tenda pimpinan rombongan. Teriakkan dari seorang wanita, bersamaan dengan itu, lantunan doa dan dzikir semakin membahana. Tak lama barulah kami tahu kalau pada saat itu ada salah satu jamaah wanita yang kesurupan. Cukup lama juga yang bersangkutan kesurupan hingga mendekati waktu kami meninggalkan arafah (sekitar pukul 7 malam) barulah yang bersangkutan membaik. Kabar yang kami terima, jamaah tersebut kesurupan setelah keluar dari toilet umum. Beliau tiba2 terjatuh dan ketika ditolong menunjukkan sikap tak wajar dan akhirnya diketahui sudah kesurupan. Jin yang memasukki beliau kabarnya sempat menantang para jamaah yang berusaha membantu dengan mengatakan kalau doa2 mereka tidak mempan baginya (dalam bahasa jerman ke jemaah yang waktu itu berbahasa Jerman). Memang sepertinya tidak ada satupun diantara jamaah dan pimpinan rombongan yang mengetahui cara mengatasi masalah ini, hanya doa yang mampu kami haturkan agar Allah melepaskan jamaah wanita tadi dari cobaan yang dia hadapi.


bersambung...


0 comments:

Post a Comment

 

Flickr Photostream

Created with flickr badge.

YOUTUBE